BAB II
RESENSI
A.
Pengertian Resensi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2000), resensi berarti hasil pembahasan dan penilaian terhadap sebuah buku. Resensi
ialah tulisan yang isinya menimbang atau menilai sebuah karya yang dikarang
atau dicipta
orang lain. Resensi itu asal katanya dari bahasa Belanda recensie. Dalam bahasa Inggris, padanan katanya adalah istilah review (ini juga berasal dari bahasa
Latin: revidere; re “kembali”,
videre
“melihat”). Resensi adalah suatu tindakan penilaian, mengungkapkan kembali isi
buku, membahas, atau mengkritik buku. Karya yang dinilai dalam tulisan resensi
meliputi buku, film, teater, lagu, dan semacamnya.
B.
Macam-Macam
Resensi
Secara
umum, resensi dibagi menjadi tiga,
yaitu:
Deskriptif:
menggambarkan dan menjelaskan tentang karya seseorang secara menyeluruh, baik
dari segi isi, penulisannya, maupun penciptanya (creator). Resensi deskriptif ini tidak sampai pada penilaian
kritik (bagus atau tidak)
sebuah karya yang diresensi. Peresensi hanya
menjelaskan secara singkat tentang isi, proses, dan pencipta sebuah karya.
Deskriptif-evaluatif:
resensi dengan karakter kedua ini melakukan penilaian terhadap sebuah karya lebih dalam dari
yang pertama. Peresensi
tidak hanya menggambarkan, tapi menilai sebuah karya secara
keseluruhan dengan kritis dan argumentatif. Sehingga ada kesimpulan pada akhir
resensi, apakah karya yang diresensi baik kualitasnya atau tidak.
Deskriptif-komparatif:
resensi yang ketiga ini lebih sulit lagi daripada macam resensi yang kedua. Resensi macam
ketiga ini mencoba melakukan penilaian pada sebuah karya dengan cara membandingkan
karya orang lain yang memiliki kesamaan atau keterkaitan secara isi dan materi. Disebut sulit,
sebab selain membutuhkan analisa mendalam dan kritis, resensi macam ketiga ini membutuhkan
pengetahuan dan wawasan luas. Tidak hanya satu karya yang harus dipahami, namun
karya-karya lain yang berhubungan dengan karya yang diresensi harus pula peresensi pahami.
C.
Tujuan
Resensi Buku
Beberapa
tujuan resensi adalah.
1.
Memberikan informasi
atau pemahaman tentang isi sebuah buku.
2.
Mengajak pembaca untuk
memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan permasalahan yang
terdapat dalam buku.
3.
Memberikan pertimbangan
pada pembaca apakah buku tersebut pantas mendapat sambutan dari masyarakat
atau tidak.
4.
Menjawab pertanyaan yang timbul jika seorang melihat
buku yang baru terbit seperti, siapa pengarangnya, mengapa ia menulis buku, apa
pernyataannya, dan lainnya.
5.
Untuk segolongan pembaca resensi yang membutuhkan
bimbingan dalam memilih buku, setelah membaca resensi berminat untuk membaca
atau mencocokkan seperti apa yang ditulis resensi, tidak ada waktu untuk
membaca buku sehingga mengandalkan resesnsi sebagai sumber informasi.
D. Dasar-Dasar
Resensi
Ada
dasar-dasar resensi yang harus dipahami peresensi, yaitu sebagai berikut.
1. Memahami tujuan pembuatan karya yang diresensi.
2. Memahami tujuan resensi.
3. Memahami latar belakang pembaca (selera, tingkat
pendidikan, dan sebagainya).
4. Memahami karakteistik media cetak yang akan memuat
resensinya.
E. Unsur-Unsur Resensi
Unsur-unsur yang harus terdapat dalam sebuah resensi adalah.
1.
Judul resensi yang mencerminkan isi resensi secara
akurat.
2.
Data buku yang memuat judul, pengarang, editor,
penerjemah, penerbit, tahun terbit, tebal buku dan harga buku (jika perlu).
3.
Pembukaan (lead) dapat memuat tentang
pengarang, keunikan buku, tema buku, kelemahan buku, penerbit buku, atau
memulainya dengan pertanyaan atau dialog.
4.
Tubuh atau isi pernyataan resensi buku yang dapat
berisi sinopsis, ringkasan, ulasan, kerangka, atau bahasa buku. Peresensi dapat
menambahkan kutipan dari buku untuk mempertegas. Tubuh resensi akan lebih baik
jika memuat kelebihan dan kelemahan buku yang diresensi.
5.
Penutup biasanya menuliskan tentang sasaran yang dituju
oleh buku itu dan alasan mengapa mereka harus membaca atau memilikinya.
F. Cara
Menulis Resensi
Berikut
adalah langkah-langkah dalam membuat resensi.
1.
Penjajakan terhadap buku yang diresensi (tema, isi,
penerbit, pengarang, dan katagori buku).
2.
Membaca buku yang akan diresensi secara komprehensif,
cermat, dan teliti.
3.
Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan secara
khusus dan menentukan bagian-bagian yang dikutip untuk dijadikan data.
4.
Membuat sinopsis dari buku yang akan diresensi.
5.
Melakukan penilaian terhadap hal kerangka penulisan,
isi pernyataan, bahasa, dan aspek teknis.
6.
Mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan
menggunakan kriteria-kriteria yang kita tentukan sebelumnya.
TAJUK RENCANA
A. Pengertian Tajuk
Rencana
Tajuk rencana adalah artikel pokok dalam surat
kabar yang merupakan pandangan redaksi terhadap peristiwa yang sedang menjadi
pembicaraan pada saat surat kabar itu diterbitkan. Dalam tajuk rencana biasanya
diungkapkan adanya informasi atau masalah aktual, penegasan pentingnya masalah,
opini redaksi tentang masalah tersebut, kritik dan saran atas permasalahan, dan
harapan redaksi akan peran serta pembaca (id.wikipedia.org). Keaktualan bisa
terjadi karena baru saja terjadi, bisa pula karena fenomenal dan/atau
kontroversial. Menurut Wikipedia Bahasa Inggris
(en.wikipedia.org/wiki/Editorial), di Inggris tajuk rencana dianggap sebagai
artikel utama. Sementara itu, di Australia dan Amerika, tajuk rencana
dikelompokkan di bawah bendera opini.
Tajuk
rencana tidaklah dapat disebut berita. Tajuk rencana mirip dengan opini yang
ditulis oleh para penulis lepas. Bedanya, tajuk rencana ditulis oleh para
redaktur yang mewakili suara lembaga pers tentang permasalahan yang sedang
aktual dan banyak diberitakan di media massa, termasuk di media yang
bersangkutan sementara opini biasanya ditulis oleh penulis lepas atau
kontributor. Definisi tajuk rencana kemudian menjadi rancu ketika ada media massa yang
menggunakan istilah berita utama untuk tajuk rencana.
Ada
pun ciri-ciri tajuk rencana seperti yang
tercatat
dalam id.wikipedia.org/wiki/Tajuk_rencana
adalah sebagai berikut.
1.
Berisi opini redaksi
tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan.
2. Berisi
ulasan tentang suatu masalah yang dimuat.
3. Biasanya
berskala nasional, berita internasional dapat menjadi tajuk rencana, apabila
berita tersebut memberi dampak kepada nasional.
4.
Tertuang pikiran
subyektif redaksi.
B. Bagian-bagian Tajuk
Recana
Pada
id.wikipedia.org/wiki/Tajuk_rencana terdapat uraian tentang aspek yang menjadi
fokus tajuk rencana. Uraian ini lebih tepat jika disebut sebagai bagian-bagian
tajuk rencana. Bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut:
1.
judul,
2. latar
belakang masalah,
3. tokoh,
4. masalah,
5. peristiwa
yang disampaikan,
6. opini
penulis,
7. saran
dan solusi permasalahan,
8. kesimpulan,
9. sumber
berita, dan
10.
anggota redaksi.
C.
Fungsi tajuk rencana
Tajuk rencana dalam surat kabar atau
majalah mempunyai fungsi:
- sebagai kritik atas ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat, dan
- memberikan wawasan kepada masyarakat atas permasalahan yang sedang hangat terjadi.
D.
Jenis-Jenis
Tajuk Rencana
Tajuk
rencana dapat dikelompokkan menjadi delapan jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Tajuk
rencana yang memberikan informasi semata.
2. Tajuk
rencana yang bersifat menjelaskan.
3. Tajuk
rencana yang bersifat memberikan argumentasi.
4. Tajuk
rencana yang menjuruskan timbulnya aksi.
5. Tajuk
rencana yang bersifat jihad.
6. Tajuk
rencana yang bersifat membujuk.
7. Tajuk
rencana yang bersifat memuji.
8.
Tajuk rencana yang
bersifat menghibur.
E.
Tahapan
Menulis Tajuk Rencana
Tahapan-tahapan
dalam menulis tajuk rencana adalah.
1. Pencarian
ide dalam topik.
2. Seleksi
dan penetapan topik.
3. Pembobotan
substansi materi dan penetapan tesis dari keseluruhan uraian tajuk rencana, mengisi topik dengan
pendapat-pendapat dari tim editorial.
4.
Pelaksanaan penulisan, ditunjuk satu orang
dari tim editorial, gaya bahasa harus
selalu sama karena tiap surat kabar
atau majalah mempunyai ciri khas masing-masing dalam penulisan tajuk rencananya.
F.
Teori
ANSVA dan Teori SEES
Menyusun
tajuk rencana yang baik dapat dilakukan dengan cara merujuk pada teori ANSVA
dari Alan H Monroe. Menurut Monroe dalam Raymond S. Ross, dalam Persuation:
Communication and Interpersonal Relation
(1974:185), terdapat lima tahap urutan motif yang sesuai dengan cara berpikir
manusia dalam formula ANSVA: perhatian (attention),
kebutuhan (needs), pemuasan (satisfaction), visualisasi (visualization), dan tindakan (action).
Menurut
teori SEES ada empat tahap untuk mempengaruhi khalayak pembaca yang sedang sibuk,
dalam situasi bergegas. Pertama, lontarkan pernyataan singkat yang dapat
menggugah perhatian khalayak pembaca (statement).
Kedua, beri penjelasan yang relevan terhadap pernyataan singkat tersebut (explanation). Ketiga, yakinkan
penjelasan dengan memberikan contoh-contoh (example).
Keempat, ikat hati dan pikiran pembaca dengan kesimpulan yang tegas dan ringkas
(summary).
ESAI
A.
Pengertian
Esai
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Depdikbud, 1997: 270), disebutkan esai adalah karangan prosa yang membahas
suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Memberikan esai dapat
bermanfaat untuk memberikan panduan yang memadai kepada pembaca tentang
kualitas sebuah karya. Di samping itu, penulis karya tersebut akan memperoleh masukan, terutama
tentang kelemahannya. Tujuan esai
sendiri adalah untuk mengekspresikan suatu opini dari penulisnya.
Esai adalah karangan prosa yang membahas suatu
masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Pengarang
esai disebut esais. Esai sebagai satu bentuk karangan dapat bersifat informal
dan formal. Esai informal mempergunakan bahasa percakapan, dengan bentuk sapaan
“saya” dan seolah-olah ia berbicara langsung dengan pembacanya. Adapun esai
yang formal pendekatannya serius. Pengarang mempergunakan semua persyaratan
penulisan.
Esai adalah sebuah komposisi prosa singkat
yang mengekspresikan opini penulis tentang subyek tertentu. Sebuah esai dasar
dibagi menjadi tiga bagian: pendahuluan yang berisi latar belakang informasi
yang mengidentifikasi subyek bahasan dan pengantar tentang subyek; tubuh esai
yang menyajikan seluruh informasi tentang subyek; dan terakhir adalah konklusi
yang memberikan kesimpulan dengan menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari
tubuh esai, atau menambahkan beberapa observasi tentang subyek.
Penjelasan
mengenai esai dapat lebih “aman dan mudah dimengerti” jika ditempuh dengan cara
meminjam pembagian model penalaran ala Edward de Bono. Menurut De Bono,
penalaran dapat dibagi menjadi dua model. Pertama, model penalaran vertikal
(memusatkan perhatian dan mengesampingkan sesuatu yang tidak relevan) dan kedua
model penalaran lateral (membukakan perhatian dan menerima semua kemungkinan
dan pengaruh).
Dari pembagian model penalaran ini, esai
cenderung lebih mengamalkan penalaran lateral karena esai cenderung tidak
analitis dan acak, melainkan dapat melompat-lompat dan provokatif. Sebab, esai
menurut makna asal katanya adalah sebuah upaya atau percobaan yang tidak harus
menjawab suatu persoalan secara final, tetapi lebih ingin merangsang. Menurut
Francis Bacon, esai lebih sebagai butir garam pembangkit selera ketimbang
sebuah makanan yang mengenyangkan.
B. Prinsip-Prinsip
Esai
Beberapa
prinsip-prinsip penulisan esai sastra secara umum, meliputi:
1. memahami
benar permasalahan yang dibahas,
2. menetapkan
tujuan yang jelas tentang penulisan esai yang dilakukan,
3. menetapkan
dengan tepat sasaran atau pihak-pihak yang menjadi pembahasan dalam esai dan
pihak yang akan membahas esai,
4. menyertakan
bukti dan alas an yang dapat diterima secara nalar (logis),
5. mengetahui
tekhnik penulisan esai, meliputi: pembuka, isi , dan penutup, serta
6. Mengguasai
keterampilan pengunaan bahasa tulis untuk menghasilkan kalimat logis, efektif,
dan sistematis sehingga mudah dipahami pembaca.
C.
Tipe-Tipe
Esai
Ada enam tipe esai, yaitu:
1.
Esai
deskriptif. Esai jenis ini dapat melukiskan subjek atau objek
apa saja yang dapat menarik perhatian pengarang. Esai ini bisa mendeskripsikan sebuah rumah,
sepatu, tempat rekreasi dan sebagainya.
2. Esai tajuk.
Esai jenis ini dapat dilihat dalam surat kabar dan majalah. Esai ini mempunyai
satu fungsi khusus, yaitu menggambarkan pandangan dan sikap surat kabar atau majalah tersebut
terhadap satu topik dan isu dalam masyarakat. Dengan esai tajuk, surat kabar
tersebut membentuk opini pembaca. Tajuk surat kabar tidak perlu disertai dengan
nama penulis.
3. Esai cukilan watak.
Esai ini memperbolehkan seorang penulis membeberkan beberapa segi dari
kehidupan individual seseorang kepada para pembaca. Lewat cukilan watak itu
pembaca dapat mengetahui sikap penulis terhadap tipe pribadi yang dibeberkan. Pada esai ini penulis tidak
menuliskan biografi. Penulis
hanya memilih bagian-bagian yang utama dari kehidupan dan watak pribadi
tersebut.
4. Esai pribadi,
hampir sama dengan esai cukilan watak. Akan tetapi, esai pribadi ditulis
sendiri oleh pribadi tersebut tentang dirinya sendiri. Penulis akan menyatakan
“Saya adalah saya. Saya akan menceritakan kepada saudara hidup saya dan pandangan
saya tentang hidup”. Penulis
membuka tabir tentang dirinya sendiri.
5. Esai reflektif.
Esai reflektif ditulis secara formal dengan nada serius. Penulis mengungkapkan
dengan dalam, sungguh-sungguh, dan hati-hati beberapa topik yang penting
berhubungan dengan hidup, misalnya kematian, politik, pendidikan, dan hakikat
manusiawi. Esai ini ditujukan kepada para cendekiawan.
6.
Esai
kritik. Dalam esai kritik penulis memusatkan
diri pada uraian tentang seni, misalnya, lukisan, tarian, pahat, patung,
teater, atau kesusasteraan. Esai
kritik bisa menulis
tentang seni tradisional, pekerjaan seorang seniman pada masa lampau, atau tentang seni
kontemporer. Esai ini membangkitkan kesadaran pembaca tentang pikiran dan
perasaan penulis tentang karya seni.
D.
Ciri-ciri
Esai
Berikut
penjelasan dari ciri-ciri esai.
1.
Berbentuk prosa,
artinya dalam bentuk komunikasi biasa, menghindarkan penggunaan bahasa dan
ungkapan figuratif.
2. Singkat,
maksudnya dapat dibaca dengan santai dalam waktu dua jam.
3. Memiliki
gaya pembeda. Seorang penulis esai yang baik akan membawa ciri dan gaya yang
khas, yang membedakan tulisannya dengan gaya penulis lain.
4. Selalu
tidak utuh, artinya penulis memilih segi-segi yang penting dan menarik dari
objek dan subjek yang hendak ditulis. Penulis memilih aspek tertentu saja untuk
disampaikan kepada para pembaca.
5. Memenuhi
keutuhan penulisan. Walaupun esai adalah tulisan yang tidak utuh, namun harus
memiliki kesatuan, dan memenuhi syarat-syarat penulisan, mulai dari
pendahuluan, pengembangan,
sampai ke penutup.
Di dalamnya terdapat koherensi dan kesimpulan yang logis. Penulis harus
mengemukakan argumennya dan tidak membiarkan pembaca tergantung dalam ketidakjelasan.
6. Mempunyai
nada pribadi atau bersifat personal, yang membedakan esai dengan jenis karya
sastra yang lain adalah ciri personal. Ciri personal dalam penulisan esai
adalah pengungkapan penulis sendiri tentang kediriannya, pandangannya,
sikapnya, pikirannya, dan dugaannya kepada pembaca.
E. Struktur Sebuah Esai
Pada
dasarnya, sebuah esai terbagi minimum dalam lima paragraf, yaitu.
1. Paragraf
Pertama. Dalam paragraf ini penulis memperkenalkan topik yang akan dikemukakan
berikut esainya. Esai ini harus dikemukakan dalam kalimat yang singkat dan
jelas, sedapat mungkin pada kalimat pertama. Selanjutnya pembaca diperkenalkan
pada tiga paragraf berikutnya yang mengembangkan esai tersebut dalam beberapa
sub topik.
2. Paragraf
Kedua Sampai Keempat. Ketiga paragraf ini
disebut tubuh dari sebuah esai yang memiliki struktur yang sama. Kalimat
pendukung esai dan argumen-argumennya dituliskan sebagai analisa dengan melihat
relevansi dan relasinya dengan masing-masing sub topik.
3.
Paragraf Akhir. Paragraf terakhir merupakan paragraf
kesimpulan. Tuliskan kembali esai dan sub topik yang telah dibahas dalam
paragraf kedua sampai keempat
sebagai sebuah sintesis untuk meyakinkan
pembaca.
F.
Langkah-langkah
membuat Esai
Ada
beberapa langkah dalam membuat esai, yaitu:
1. Tentukan
topik.
Bila
topik telah ditentukan, maka tidak ada kebebasan
untuk memilih. Namun demikian, bukan berarti penulis siap untuk menuju langkah berikutnya. Pikirkan terlebih
dahulu tipe naskah yang akan ditulis.
Apakah berupa tinjauan umum, atau analisis topik secara khusus? Jika hanya
merupakan tinjauan umum, penulis
dapat langsung menuju ke langkah berikutnya. Tapi bila penulis ingin melakukan
analisis khusus, topiknya
harus benar-benar spesifik. Jika topik masih terlalu umum, penulis dapat mempersempit
topiknya. Sebagai contoh, bila
topik tentang “Indonesia” adalah satu topik yang masih sangat umum. Jika tujuannya menulis sebuah
gambaran umum (overview), maka topik ini sudah tepat. Namun bila penulis ingin membuat analisis
singkat, maka
dapat mempersempit topik ini menjadi “Kekayaan Budaya Indonesia” atau “Situasi
Politik di Indonesia”. Setelah yakin akan apa yang ditulis, penulis bisa
melanjutkan ke langkah berikutnya.
Bila
topik belum ditentukan, maka tugas penulis
jauh lebih berat. Di sisi lain, sebenarnya penulis
memiliki kebebasan memilih topik yang disukai,
sehingga biasanya membuat esai jauh lebih kuat dan berkarakter.
2. Buatlah
outline atau garis besar ide-ide.
Tujuan
dari pembuatan outline adalah meletakkan ide-ide tentang topik di dalam naskah dengan format yang
terorganisir, caranya:
a.
mulailah dengan menulis
topik di bagian atas,
b.
tuliskan angka romawi
I, II, III di sebelah kiri halaman tersebut, dengan jarak yang cukup lebar
diantaranya,
c.
tuliskan garis besar
ide tentang topik yang anda maksud:
1)
jika mencoba
meyakinkan, berikan argumentasi terbaik,
2)
jika menjelaskan satu
proses, tuliskan langkah-langkahnya sehingga dapat dipahami pembaca, dan
3)
jika mencoba
menginformasikan sesuatu, jelaskan kategori utama dari informasi tersebut.
d. Pada
masing-masing romawi, tuliskan A, B, dan C menurun di sisi kiri halaman tersebut.
Tuliskan fakta atau informasi yang mendukung ide utama.
3. Tuliskan
esai dalam kalimat yang singkat dan jelas.
Suatu
pernyataan esai mencerminkan isi esai dan poin penting yang akan disampaikan
oleh pengarangnya. Setelah
menentukan topik dari esai, peulis
harus melihat kembali outline yang telah dibuat,
dan memutuskan poin penting apa yang akan dibuat.
Pernyataan esai harus
terdiri dari dua bagian, yaitu:
a. bagian
pertama menyatakan topik. Contoh: Budaya Indonesia, Korupsi di Indonesia, dan
b. bagian
kedua menyatakan poin-poin dari esai. Contoh: memiliki kekayaan yang luar
biasa, memerlukan waktu yang panjang untuk memberantasnya, dan seterusnya.
4. Tuliskan tubuh esai.
Mulailah
dengan poin-poin penting kemudian buatlah beberapa sub topik dan kembangkan sub
topik yang telah dibuat. Bagian ini merupakan
bagian paling menyenangkan dari penulisan sebuah esai. Pada bagian ini penulis
dapat menjelaskan, menggambarkan dan memberikan argumentasi dengan lengkap
untuk topik yang telah dipilih.
Masing-masing ide penting yang dituliskan
pada outline akan menjadi satu paragraf dari tubuh esai. Masing-masing paragraf
memiliki struktur yang serupa:
a. mulailah
dengan menulis ide besar dalam bentuk kalimat. Misalkan idenya adalah: “Pemberantasan
korupsi di Indonesia”, tulislah: “Pemberantasan
korupsi di Indonesia memerlukan kesabaran besar dan waktu yang lama”.
b. Kemudian
tuliskan masing-masing poin pendukung ide tersebut, namun sisakan empat sampai
lima baris.
c. Pada
masing-masing poin, tuliskan perluasan dari poin tersebut. Elaborasi ini dapat
berupa deskripsi atau penjelasan atau diskusi.
d. Bila
perlu, gunakan kalimat kesimpulan pada masing-masing paragraf. Setelah
menuliskan tubuh esai, tulislah dua paragraf, yaitu: pendahuluan dan
kesimpulan.
5. Buatlah
paragraf pertama (pendahuluan).
Beberapa tahap membuat paragraf pertama adalah.
a. Mulailah
dengan menarik perhatian pembaca.
Ini dapat dilakukan dengan cara-cara berikut ini.
1) Memulai
dengan suatu informasi nyata dan terpercaya. Informasi ini tidak perlu benar-benar
baru untuk pembaca, namun bisa menjadi ilustrasi untuk poin yang dibuat.
2) Memulai
dengan suatu anekdot, yaitu suatu cerita yang menggambarkan poin yang dimaksud. Berhati-hatilah
dalam membuat anekdot. Meski anekdot ini efektif untuk membangun ketertarikan
pembaca, harus digunakan dengan tepat dan
hati-hati.
3) Menggunakan
dialog dalam dua atau tiga kalimat antara beberapa pembicara untuk menyampaikan
poin.
b. Tambahkan
satu atau dua kalimat yang akan membawa pembaca pada pernyataan esai.
c. Tutup
paragraf dengan pernyataan esai.
6. Tuliskan
kesimpulan.
Kesimpulan
merupakan rangkuman dari poin-poin yang telah dikemukakan dan memberikan perspektif
akhir penulis kepada pembaca.
Tuliskan dalam tiga atau empat kalimat (namun jangan menulis ulang sama persis
seperti dalam tubuh esai di atas) yang menggambarkan pendapat dan perasaan penulis tentang topik yang
dibahas. Anekdot dapat
juga digunakan untuk menutup
esai.
7. Berikan
sentuhan terakhir.
Sentuhan akhir dilakukan dengan langkah-langkah
berikut ini.
a. Teliti
urutan paragraf mana yang paling kuat? Letakkan paragraf terkuat pada urutan
pertama, dan paragraf terlemah di tengah. Namun urutan tersebut harus masuk akal.
Jika naskahnya
menjelaskan suatu proses, maka
harus mempertahan urutan yang telah dibuat.
b. Teliti
format penulisan seperti
margin, spasi, nama, tanggal, dan sebagainya.
c. Teliti
tulisan. Perkuat poin yang lemah
dengan merevisi tulisan yang telah rampung.
Baca dan baca kembali naskah tersebut.
d. Apakah
masuk akal? Tinggalkan dulu naskah selama
beberapa jam, kemudian baca kembali. Apakah masih masuk akal?
e. Apakah
kalimat satu dengan yang lain mengalir dengan halus dan lancar? Bila tidak,
tambahkan beberapa
kata dan frase untuk menghubungkannya atau tambahkan satu kalimat yang
berkaitan dengan kalimat sebelumnya.
f. Teliti
kembali penulisan dan tata bahasa anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar