Kamis, 21 Juni 2012

Makalah Bahasa Indonesia: Resensi, Tajuk Rencana, dan Esai


BAB II
RESENSI

A.    Pengertian Resensi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), resensi berarti hasil pembahasan dan penilaian terhadap sebuah buku. Resensi ialah tulisan yang isinya menimbang atau menilai sebuah karya yang dikarang atau dicipta orang lain. Resensi itu asal katanya dari bahasa Belanda recensie. Dalam bahasa Inggris, padanan katanya adalah istilah review (ini juga berasal dari bahasa Latin: revidere; re “kembali”, videre “melihat”). Resensi adalah suatu tindakan penilaian, mengungkapkan kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku.  Karya yang dinilai dalam tulisan resensi meliputi buku, film, teater, lagu, dan semacamnya.

B.     Macam-Macam Resensi
Secara umum, resensi dibagi menjadi tiga, yaitu:
Deskriptif: menggambarkan dan menjelaskan tentang karya seseorang secara menyeluruh, baik dari segi isi, penulisannya, maupun penciptanya (creator). Resensi deskriptif ini tidak sampai pada penilaian kritik (bagus atau tidak) sebuah karya yang diresensi. Peresensi hanya menjelaskan secara singkat tentang isi, proses, dan pencipta sebuah karya.
Deskriptif-evaluatif: resensi dengan karakter kedua ini melakukan penilaian terhadap sebuah karya lebih dalam dari yang pertama. Peresensi tidak hanya menggambarkan, tapi menilai sebuah karya secara keseluruhan dengan kritis dan argumentatif. Sehingga ada kesimpulan pada akhir resensi, apakah karya yang diresensi baik kualitasnya atau tidak.
Deskriptif-komparatif: resensi yang ketiga ini lebih sulit lagi daripada macam resensi yang kedua. Resensi macam ketiga ini mencoba melakukan penilaian pada sebuah karya dengan cara membandingkan karya orang lain yang memiliki kesamaan atau keterkaitan secara isi dan materi. Disebut sulit, sebab selain membutuhkan analisa mendalam dan kritis, resensi macam ketiga ini membutuhkan pengetahuan dan wawasan luas. Tidak hanya satu karya yang harus dipahami, namun karya-karya lain yang berhubungan dengan karya yang diresensi harus pula peresensi pahami.

C.    Tujuan Resensi Buku
Beberapa tujuan resensi adalah.
1.          Memberikan informasi atau pemahaman tentang isi sebuah buku.
2.          Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan permasalahan yang terdapat dalam buku.
3.          Memberikan pertimbangan pada pembaca apakah buku tersebut pantas mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
4.          Menjawab pertanyaan yang timbul jika seorang melihat buku yang baru terbit seperti, siapa pengarangnya, mengapa ia menulis buku, apa pernyataannya, dan lainnya.
5.          Untuk segolongan pembaca resensi yang membutuhkan bimbingan dalam memilih buku, setelah membaca resensi berminat untuk membaca atau mencocokkan seperti apa yang ditulis resensi, tidak ada waktu untuk membaca buku sehingga mengandalkan resesnsi sebagai sumber informasi.

D.    Dasar-Dasar Resensi
Ada dasar-dasar resensi yang harus dipahami peresensi, yaitu sebagai berikut.
1.      Memahami tujuan pembuatan karya yang diresensi.
2.      Memahami tujuan resensi.
3.      Memahami latar belakang pembaca (selera, tingkat pendidikan, dan sebagainya).
4.      Memahami karakteistik media cetak yang akan memuat resensinya.

E.     Unsur-Unsur Resensi
Unsur-unsur yang harus terdapat dalam sebuah resensi adalah.
1.      Judul resensi yang mencerminkan isi resensi secara akurat.
2.      Data buku yang memuat judul, pengarang, editor, penerjemah, penerbit, tahun terbit, tebal buku dan harga buku (jika perlu).
3.      Pembukaan (lead) dapat memuat tentang pengarang, keunikan buku, tema buku, kelemahan buku, penerbit buku, atau memulainya dengan pertanyaan atau dialog.
4.      Tubuh atau isi pernyataan resensi buku yang dapat berisi sinopsis, ringkasan, ulasan, kerangka, atau bahasa buku. Peresensi dapat menambahkan kutipan dari buku untuk mempertegas. Tubuh resensi akan lebih baik jika memuat kelebihan dan kelemahan buku yang diresensi.
5.      Penutup biasanya menuliskan tentang sasaran yang dituju oleh buku itu dan alasan mengapa mereka harus membaca atau memilikinya.


F.     Cara Menulis Resensi
Berikut adalah langkah-langkah dalam membuat resensi.
1.      Penjajakan terhadap buku yang diresensi (tema, isi, penerbit, pengarang, dan katagori buku).
2.      Membaca buku yang akan diresensi secara komprehensif, cermat, dan teliti.
3.      Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan secara khusus dan menentukan bagian-bagian yang dikutip untuk dijadikan data.
4.      Membuat sinopsis dari buku yang akan diresensi.
5.      Melakukan penilaian terhadap hal kerangka penulisan, isi pernyataan, bahasa, dan aspek teknis.
6.      Mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan kriteria-kriteria yang kita tentukan sebelumnya.

TAJUK RENCANA

A.    Pengertian Tajuk Rencana
 Tajuk rencana adalah artikel pokok dalam surat kabar yang merupakan pandangan redaksi terhadap peristiwa yang sedang menjadi pembicaraan pada saat surat kabar itu diterbitkan. Dalam tajuk rencana biasanya diungkapkan adanya informasi atau masalah aktual, penegasan pentingnya masalah, opini redaksi tentang masalah tersebut, kritik dan saran atas permasalahan, dan harapan redaksi akan peran serta pembaca (id.wikipedia.org). Keaktualan bisa terjadi karena baru saja terjadi, bisa pula karena fenomenal dan/atau kontroversial. Menurut Wikipedia Bahasa Inggris (en.wikipedia.org/wiki/Editorial), di Inggris tajuk rencana dianggap sebagai artikel utama. Sementara itu, di Australia dan Amerika, tajuk rencana dikelompokkan di bawah bendera opini.
Tajuk rencana tidaklah dapat disebut berita. Tajuk rencana mirip dengan opini yang ditulis oleh para penulis lepas. Bedanya, tajuk rencana ditulis oleh para redaktur yang mewakili suara lembaga pers tentang permasalahan yang sedang aktual dan banyak diberitakan di media massa, termasuk di media yang bersangkutan sementara opini biasanya ditulis oleh penulis lepas atau kontributor. Definisi tajuk rencana kemudian menjadi rancu ketika ada media massa yang menggunakan istilah berita utama untuk tajuk rencana.
Ada pun ciri-ciri tajuk rencana seperti yang tercatat dalam id.wikipedia.org/wiki/Tajuk_rencana adalah sebagai berikut.
1.      Berisi opini redaksi tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan.
2.      Berisi ulasan tentang suatu masalah yang dimuat.
3.      Biasanya berskala nasional, berita internasional dapat menjadi tajuk rencana, apabila berita tersebut memberi dampak kepada nasional.
4.      Tertuang pikiran subyektif redaksi.

B.     Bagian-bagian Tajuk Recana
Pada id.wikipedia.org/wiki/Tajuk_rencana terdapat uraian tentang aspek yang menjadi fokus tajuk rencana. Uraian ini lebih tepat jika disebut sebagai bagian-bagian tajuk rencana. Bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut:
1.      judul,
2.      latar belakang masalah,
3.      tokoh,
4.      masalah,
5.      peristiwa yang disampaikan,
6.      opini penulis,
7.      saran dan solusi permasalahan,
8.      kesimpulan,
9.      sumber berita, dan
10.  anggota redaksi.

C.    Fungsi tajuk rencana
Tajuk rencana dalam surat kabar atau majalah mempunyai fungsi:
  1. sebagai kritik atas ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat, dan
  2. memberikan wawasan kepada masyarakat atas permasalahan yang sedang hangat terjadi.

D.    Jenis-Jenis Tajuk Rencana
Tajuk rencana dapat dikelompokkan menjadi delapan jenis, yaitu sebagai berikut.
1.      Tajuk rencana yang memberikan informasi semata.
2.      Tajuk rencana yang bersifat menjelaskan.
3.      Tajuk rencana yang bersifat memberikan argumentasi.
4.      Tajuk rencana yang menjuruskan timbulnya aksi.
5.      Tajuk rencana yang bersifat jihad.
6.      Tajuk rencana yang bersifat membujuk.
7.      Tajuk rencana yang bersifat memuji.
8.      Tajuk rencana yang bersifat menghibur.

E.     Tahapan Menulis Tajuk Rencana
Tahapan-tahapan dalam menulis tajuk rencana adalah.
1.      Pencarian ide dalam topik.
2.      Seleksi dan penetapan topik.
3.      Pembobotan substansi materi dan penetapan tesis dari keseluruhan uraian tajuk rencana, mengisi topik dengan pendapat-pendapat dari tim editorial.
4.      Pelaksanaan penulisan, ditunjuk satu orang dari tim editorial, gaya bahasa harus selalu sama karena tiap surat kabar atau majalah mempunyai ciri khas masing-masing dalam penulisan tajuk rencananya.

F.     Teori ANSVA dan Teori SEES
Menyusun tajuk rencana yang baik dapat dilakukan dengan cara merujuk pada teori ANSVA dari Alan H Monroe. Menurut Monroe dalam Raymond S. Ross, dalam Persuation: Communication and Interpersonal Relation (1974:185), terdapat lima tahap urutan motif yang sesuai dengan cara berpikir manusia dalam formula ANSVA: perhatian (attention), kebutuhan (needs), pemuasan (satisfaction), visualisasi (visualization), dan tindakan (action).
Menurut teori SEES ada empat tahap untuk mempengaruhi khalayak pembaca yang sedang sibuk, dalam situasi bergegas. Pertama, lontarkan pernyataan singkat yang dapat menggugah perhatian khalayak pembaca (statement). Kedua, beri penjelasan yang relevan terhadap pernyataan singkat tersebut (explanation). Ketiga, yakinkan penjelasan dengan memberikan contoh-contoh (example). Keempat, ikat hati dan pikiran pembaca dengan kesimpulan yang tegas dan ringkas (summary).

ESAI

A.    Pengertian Esai
 Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1997: 270), disebutkan esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Memberikan esai dapat bermanfaat untuk memberikan panduan yang memadai kepada pembaca tentang kualitas sebuah karya. Di samping itu, penulis karya tersebut akan memperoleh masukan, terutama tentang kelemahannya. Tujuan esai sendiri adalah untuk mengekspresikan suatu opini dari penulisnya.
 Esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. Pengarang esai disebut esais. Esai sebagai satu bentuk karangan dapat bersifat informal dan formal. Esai informal mempergunakan bahasa percakapan, dengan bentuk sapaan “saya” dan seolah-olah ia berbicara langsung dengan pembacanya. Adapun esai yang formal pendekatannya serius. Pengarang mempergunakan semua persyaratan penulisan.
 Esai adalah sebuah komposisi prosa singkat yang mengekspresikan opini penulis tentang subyek tertentu. Sebuah esai dasar dibagi menjadi tiga bagian: pendahuluan yang berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi subyek bahasan dan pengantar tentang subyek; tubuh esai yang menyajikan seluruh informasi tentang subyek; dan terakhir adalah konklusi yang memberikan kesimpulan dengan menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh esai, atau menambahkan beberapa observasi tentang subyek.
Penjelasan mengenai esai dapat lebih “aman dan mudah dimengerti” jika ditempuh dengan cara meminjam pembagian model penalaran ala Edward de Bono. Menurut De Bono, penalaran dapat dibagi menjadi dua model. Pertama, model penalaran vertikal (memusatkan perhatian dan mengesampingkan sesuatu yang tidak relevan) dan kedua model penalaran lateral (membukakan perhatian dan menerima semua kemungkinan dan pengaruh).
 Dari pembagian model penalaran ini, esai cenderung lebih mengamalkan penalaran lateral karena esai cenderung tidak analitis dan acak, melainkan dapat melompat-lompat dan provokatif. Sebab, esai menurut makna asal katanya adalah sebuah upaya atau percobaan yang tidak harus menjawab suatu persoalan secara final, tetapi lebih ingin merangsang. Menurut Francis Bacon, esai lebih sebagai butir garam pembangkit selera ketimbang sebuah makanan yang mengenyangkan.

B.     Prinsip-Prinsip Esai
Beberapa prinsip-prinsip penulisan esai sastra secara umum, meliputi:
1.      memahami benar permasalahan yang dibahas,
2.      menetapkan tujuan yang jelas tentang penulisan esai yang dilakukan,
3.      menetapkan dengan tepat sasaran atau pihak-pihak yang menjadi pembahasan dalam esai dan pihak yang akan membahas esai,
4.      menyertakan bukti dan alas an yang dapat diterima secara nalar (logis),
5.      mengetahui tekhnik penulisan esai, meliputi: pembuka, isi , dan penutup, serta
6.      Mengguasai keterampilan pengunaan bahasa tulis untuk menghasilkan kalimat logis, efektif, dan sistematis sehingga mudah dipahami pembaca.

C.    Tipe-Tipe Esai
 Ada enam tipe esai, yaitu:
1.    Esai deskriptif. Esai jenis ini dapat melukiskan subjek atau objek apa saja yang dapat menarik perhatian pengarang. Esai ini bisa mendeskripsikan sebuah rumah, sepatu, tempat rekreasi dan sebagainya.
2.    Esai tajuk. Esai jenis ini dapat dilihat dalam surat kabar dan majalah. Esai ini mempunyai satu fungsi khusus, yaitu menggambarkan pandangan dan sikap surat kabar atau majalah tersebut terhadap satu topik dan isu dalam masyarakat. Dengan esai tajuk, surat kabar tersebut membentuk opini pembaca. Tajuk surat kabar tidak perlu disertai dengan nama penulis.
3.    Esai cukilan watak. Esai ini memperbolehkan seorang penulis membeberkan beberapa segi dari kehidupan individual seseorang kepada para pembaca. Lewat cukilan watak itu pembaca dapat mengetahui sikap penulis terhadap tipe pribadi yang dibeberkan. Pada esai ini penulis tidak menuliskan biografi. Penulis hanya memilih bagian-bagian yang utama dari kehidupan dan watak pribadi tersebut.
4.    Esai pribadi, hampir sama dengan esai cukilan watak. Akan tetapi, esai pribadi ditulis sendiri oleh pribadi tersebut tentang dirinya sendiri. Penulis akan menyatakan “Saya adalah saya. Saya akan menceritakan kepada saudara hidup saya dan pandangan saya tentang hidup”. Penulis membuka tabir tentang dirinya sendiri.
5.    Esai reflektif. Esai reflektif ditulis secara formal dengan nada serius. Penulis mengungkapkan dengan dalam, sungguh-sungguh, dan hati-hati beberapa topik yang penting berhubungan dengan hidup, misalnya kematian, politik, pendidikan, dan hakikat manusiawi. Esai ini ditujukan kepada para cendekiawan.
6.    Esai kritik. Dalam esai kritik penulis memusatkan diri pada uraian tentang seni, misalnya, lukisan, tarian, pahat, patung, teater, atau kesusasteraan. Esai kritik bisa menulis tentang seni tradisional, pekerjaan seorang seniman pada masa lampau, atau tentang seni kontemporer. Esai ini membangkitkan kesadaran pembaca tentang pikiran dan perasaan penulis tentang karya seni.


D.    Ciri-ciri Esai
Berikut penjelasan dari ciri-ciri esai.
1.      Berbentuk prosa, artinya dalam bentuk komunikasi biasa, menghindarkan penggunaan bahasa dan ungkapan figuratif.
2.      Singkat, maksudnya dapat dibaca dengan santai dalam waktu dua jam.
3.      Memiliki gaya pembeda. Seorang penulis esai yang baik akan membawa ciri dan gaya yang khas, yang membedakan tulisannya dengan gaya penulis lain.
4.      Selalu tidak utuh, artinya penulis memilih segi-segi yang penting dan menarik dari objek dan subjek yang hendak ditulis. Penulis memilih aspek tertentu saja untuk disampaikan kepada para pembaca.
5.      Memenuhi keutuhan penulisan. Walaupun esai adalah tulisan yang tidak utuh, namun harus memiliki kesatuan, dan memenuhi syarat-syarat penulisan, mulai dari pendahuluan, pengembangan, sampai ke penutup. Di dalamnya terdapat koherensi dan kesimpulan yang logis. Penulis harus mengemukakan argumennya dan tidak membiarkan pembaca tergantung dalam ketidakjelasan.
6.      Mempunyai nada pribadi atau bersifat personal, yang membedakan esai dengan jenis karya sastra yang lain adalah ciri personal. Ciri personal dalam penulisan esai adalah pengungkapan penulis sendiri tentang kediriannya, pandangannya, sikapnya, pikirannya, dan dugaannya kepada pembaca.

E.     Struktur Sebuah Esai
Pada dasarnya, sebuah esai terbagi minimum dalam lima paragraf, yaitu.
1.      Paragraf Pertama. Dalam paragraf ini penulis memperkenalkan topik yang akan dikemukakan berikut esainya. Esai ini harus dikemukakan dalam kalimat yang singkat dan jelas, sedapat mungkin pada kalimat pertama. Selanjutnya pembaca diperkenalkan pada tiga paragraf berikutnya yang mengembangkan esai tersebut dalam beberapa sub topik.
2.      Paragraf Kedua Sampai Keempat. Ketiga paragraf ini disebut tubuh dari sebuah esai yang memiliki struktur yang sama. Kalimat pendukung esai dan argumen-argumennya dituliskan sebagai analisa dengan melihat relevansi dan relasinya dengan masing-masing sub topik.
3.      Paragraf Akhir. Paragraf terakhir merupakan paragraf kesimpulan. Tuliskan kembali esai dan sub topik yang telah dibahas dalam paragraf kedua sampai keempat sebagai sebuah sintesis untuk meyakinkan pembaca.

F.     Langkah-langkah membuat Esai
Ada beberapa langkah dalam membuat esai, yaitu:
1.      Tentukan topik.
Bila topik telah ditentukan, maka tidak ada kebebasan untuk memilih. Namun demikian, bukan berarti penulis siap untuk menuju langkah berikutnya. Pikirkan terlebih dahulu tipe naskah yang akan ditulis. Apakah berupa tinjauan umum, atau analisis topik secara khusus? Jika hanya merupakan tinjauan umum, penulis dapat langsung menuju ke langkah berikutnya. Tapi bila penulis ingin melakukan analisis khusus, topiknya harus benar-benar spesifik. Jika topik masih terlalu umum, penulis dapat mempersempit topiknya. Sebagai contoh, bila topik tentang “Indonesia” adalah satu topik yang masih sangat umum. Jika tujuannya menulis sebuah gambaran umum (overview), maka topik ini sudah tepat. Namun bila penulis ingin membuat analisis singkat, maka dapat mempersempit topik ini menjadi “Kekayaan Budaya Indonesia” atau “Situasi Politik di Indonesia”. Setelah yakin akan apa yang ditulis, penulis bisa melanjutkan ke langkah berikutnya.
Bila topik belum ditentukan, maka tugas penulis jauh lebih berat. Di sisi lain, sebenarnya penulis memiliki kebebasan memilih topik yang disukai, sehingga biasanya membuat esai jauh lebih kuat dan berkarakter.
2.      Buatlah outline atau garis besar ide-ide.
Tujuan dari pembuatan outline adalah meletakkan ide-ide tentang topik di dalam naskah dengan format yang terorganisir, caranya:
a.       mulailah dengan menulis topik di bagian atas,
b.      tuliskan angka romawi I, II, III di sebelah kiri halaman tersebut, dengan jarak yang cukup lebar diantaranya,
c.       tuliskan garis besar ide tentang topik yang anda maksud:
1)      jika mencoba meyakinkan, berikan argumentasi terbaik,
2)      jika menjelaskan satu proses, tuliskan langkah-langkahnya sehingga dapat dipahami pembaca, dan
3)      jika mencoba menginformasikan sesuatu, jelaskan kategori utama dari informasi tersebut.
d.      Pada masing-masing romawi, tuliskan A, B, dan C menurun di sisi kiri halaman tersebut. Tuliskan fakta atau informasi yang mendukung ide utama.

3.      Tuliskan esai dalam kalimat yang singkat dan jelas.
Suatu pernyataan esai mencerminkan isi esai dan poin penting yang akan disampaikan oleh pengarangnya. Setelah menentukan topik dari esai, peulis harus melihat kembali outline yang telah dibuat, dan memutuskan poin penting apa yang akan dibuat. Pernyataan esai harus terdiri dari dua bagian, yaitu:
a.       bagian pertama menyatakan topik. Contoh: Budaya Indonesia, Korupsi di Indonesia, dan
b.      bagian kedua menyatakan poin-poin dari esai. Contoh: memiliki kekayaan yang luar biasa, memerlukan waktu yang panjang untuk memberantasnya, dan seterusnya.
4.      Tuliskan tubuh esai.
Mulailah dengan poin-poin penting kemudian buatlah beberapa sub topik dan kembangkan sub topik yang telah dibuat. Bagian ini merupakan bagian paling menyenangkan dari penulisan sebuah esai. Pada bagian ini penulis dapat menjelaskan, menggambarkan dan memberikan argumentasi dengan lengkap untuk topik yang telah dipilih. Masing-masing ide penting yang dituliskan pada outline akan menjadi satu paragraf dari tubuh esai. Masing-masing paragraf memiliki struktur yang serupa:
a.       mulailah dengan menulis ide besar dalam bentuk kalimat. Misalkan idenya adalah: “Pemberantasan korupsi di Indonesia”, tulislah: “Pemberantasan korupsi di Indonesia memerlukan kesabaran besar dan waktu yang lama”.
b.      Kemudian tuliskan masing-masing poin pendukung ide tersebut, namun sisakan empat sampai lima baris.
c.       Pada masing-masing poin, tuliskan perluasan dari poin tersebut. Elaborasi ini dapat berupa deskripsi atau penjelasan atau diskusi.
d.      Bila perlu, gunakan kalimat kesimpulan pada masing-masing paragraf. Setelah menuliskan tubuh esai, tulislah dua paragraf, yaitu: pendahuluan dan kesimpulan.
5.      Buatlah paragraf pertama (pendahuluan).
Beberapa tahap membuat paragraf pertama adalah.
a.       Mulailah dengan menarik perhatian pembaca. Ini dapat dilakukan dengan cara-cara berikut ini.
1)      Memulai dengan suatu informasi nyata dan terpercaya. Informasi ini tidak perlu benar-benar baru untuk pembaca, namun bisa menjadi ilustrasi untuk poin yang dibuat.
2)      Memulai dengan suatu anekdot, yaitu suatu cerita yang menggambarkan poin yang dimaksud. Berhati-hatilah dalam membuat anekdot. Meski anekdot ini efektif untuk membangun ketertarikan pembaca, harus digunakan dengan tepat dan hati-hati.
3)      Menggunakan dialog dalam dua atau tiga kalimat antara beberapa pembicara untuk menyampaikan poin.
b.      Tambahkan satu atau dua kalimat yang akan membawa pembaca pada pernyataan esai.
c.       Tutup paragraf dengan pernyataan esai.
6.      Tuliskan kesimpulan.
Kesimpulan merupakan rangkuman dari poin-poin yang telah dikemukakan dan memberikan perspektif akhir penulis kepada pembaca. Tuliskan dalam tiga atau empat kalimat (namun jangan menulis ulang sama persis seperti dalam tubuh esai di atas) yang menggambarkan pendapat dan perasaan penulis tentang topik yang dibahas. Anekdot dapat juga digunakan untuk menutup esai.
7.      Berikan sentuhan terakhir.
Sentuhan akhir dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini.
a.       Teliti urutan paragraf mana yang paling kuat? Letakkan paragraf terkuat pada urutan pertama, dan paragraf terlemah di tengah. Namun urutan tersebut harus masuk akal. Jika naskahnya menjelaskan suatu proses, maka harus mempertahan urutan yang telah dibuat.
b.      Teliti format penulisan seperti margin, spasi, nama, tanggal, dan sebagainya.
c.       Teliti tulisan. Perkuat poin yang lemah dengan merevisi tulisan yang telah rampung. Baca dan baca kembali naskah tersebut.
d.      Apakah masuk akal? Tinggalkan dulu naskah selama beberapa jam, kemudian baca kembali. Apakah masih masuk akal?
e.       Apakah kalimat satu dengan yang lain mengalir dengan halus dan lancar? Bila tidak, tambahkan beberapa kata dan frase untuk menghubungkannya atau tambahkan satu kalimat yang berkaitan dengan kalimat sebelumnya.
f.       Teliti kembali penulisan dan tata bahasa anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar