BAB
I
PENDAHULUAN
Di kalangan masyarakat Arab, India
dikenal sebagai Sind atau Hind. Sebelum kedatangan Islam, India telah mempunyai
hubungan perdagangan dengan masyarakat Arab. Pada saat Islam hadir, hubungan
perdagangan antara India dan Arab masih diteruskan. Akhirnya India pun perlahan-lahan
bersentuhan dengan agama Islam. India yang sebelumnya berperadaban Hindu,
sekarang semakin kaya dengan peradaban yang dipengaruhi Islam.
Kerajaan Mughal merupakan salah satu
warisan peradaban Islam di India. Keberadaan kerajaan ini telah menjadi
motivasi kebangkitan baru bagi peradaban tua di anak benua India yang nyaris
tenggelam. Sebagaimana diketahui, India adalah suatu wilayah tempat tumbuh dan
berkembangnya peradaban Hindu. Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan
India dengan peradaban Hindunya yang nyaris tenggelam, kembali muncul.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
STRATEGI
KHALIFAH-KHALIFAH MUGHOL MENDAPATKAN KEKHALIFAHAN
Setelah
periode Khalji dan Tughluq, kemudian dilanjutkan oleh keluarga Sayyid
(1414-1451 M) dan keluarga Lodi (1451-1512 M) kondisi kekuasaan Islam mengalami
kemunduran dan menunjukkan hal yang
sangat rumit – sekalipun sebelumnya memang rumit – yakni bangkitnya pikiran
lama yang percaya bahwa setiaap kerajaan yang merdeka adalah khalifah di
tengah-tengah lingkungannya sendiri.
Dari
sini berbagai daerah muncul dengan tokoh-tokoh sentralnya seperti, Fakhruddin Mubaaq (1336 M) di Bengal, Syamsudin Syah
Mirza Swati (1346 M) di Kashmir, Zaffar Khan Muzaffar (1391 M) di Guzarat,
Malik Sarvar (1349 M) di Jawanfur, Dhilavar Khan Husein Ghury (1401 M) di Malwa
dan seterusnya. Bahkan Ibrahim Lodi (1482-1530 M), pewaris kesultanan budak
yang terakhir di Delhi India, mengalami berbagai kesulitan menegakkan kembali
kewibawaan politiknya mungkin diakibatkan ketidakmampuannya memerintah.
Atas
dasar itu, Alam Khan, keluarga Lodi yang lain mencoba menggulingkannya dengan
meminta bantuan Zahirruddin Babur (1482-1530 M) salah satu cucu Timur Lenk dan
penguasa Ferghana. Permintaan itu langsung diterima dan bersama pasukannya menyerang
Delhi. Pada tanggal 21 April 1526 M terjadilah pertempuran yang sangat dahsyat
di Panipat. Ibrahim Lodi beserta ribuan pasukannya terbunuh, dan Zahirruddin
Babur langsung mengikrarkan kemenangannya dan kemudian menegakkan
pemerintahannya. Dengan demikian, berdirilah kerajaam Mughol dan mengakhiri
kesultanan budak-budak Turki.
1.
Pemerintahan
Babur
Pada masa ini raja-raja Hindu
Rajputh (seperti Rana Sanga) di seluruh India bangkit kembali mencoba
melepaskan diri dari kekuasaan Islam. Mereka memberontak antara tahun 1526 dan
1527 M. Tampaknya hal ini memanfaatkan masa-masa transisi politik dari
penguasa-penguasa Turki ke penguasa Mongol – selanjutnya disebut Mughal. Babur
dapat meredam gejolak politik ini. Kemudian di Afghanistan masih ada golongan
yang setia kepada keluarga Lodi sebagai penguasa di sana. Namun Babur dapat
menyelesaikannya dengan pertempuran di Gogarth tahun 1529 M.
Dengan demikian, masa pemerintahan
Babur ditandai oleh dua persoalan besar, yakni bangkitnya kerajaan-kerajaan
Hindu dan munculnya penguasa Muslim yang tidak mengakui pemerintahnya di
Afghanistan. Pada tahun 1529 M, Babur meninggal dunia dengan mewariskan wilayah
kekuasaannya kepada putra sulungnya Humayun.
2.
Pemerintahan
Humayun
Ia
memerintah tahun 1530-1539 M dan 1555-1556 M. Periode pemerintahannya banyak
diwarnai kerusuhan dan berbagai pemberontakan. Hal tersebut dimungkinkan karena
usia pemerintahan yang diwaariskan ayahnya ini masih relatif muda dan belum
stabil. Salah satu dinasti dari Afghanistan menginvasinya pada tahun 1539 M ke
pusat pemerintahannya di Delhi. Pasukan Humayun hancur dan Negara dalam kondisi
tak menentu. Akan tetapi, Humayun dapat meloloskan diri ke Persia dan diterima
baik oleh Sultan Safawi. Di sinilah ia mengenal tradisi syiah bahkan sering
dibujuk untuk memasukinya. Ia lalu membangun kembali kekuatan militer yang
telah hancur. Humayun mencoba kembali merebut kekuasaannya di Delhi.
Pada
tahun 1555 M ia menyerang Delhi yang saat itu diperintah Iskandar Sur.
Akhirnya, ia memerintah kembali sampai 1556 M. Pada tahu 1556 M, ia meninggal
dunia dan digantikan anaknya Jalaludin Muhammad Akbar.
3.
Pemerintahan
Jalaludin Muhammad Akbar
Ia
adalah sultan yang sangat terkenal di dinasti ini. Sultan Akbar terkenal dengan
gagasan-gagasan yang sangat radikal dan liberal baik dalam aspek sosial atau
peemikiran keagamaan. Wilayah-wilayah kekuasaannya semakin luas seperti
Chundar, Ghond, Chitor, Rantabar, Surat, Behar, Bengal, Kashmir, Orrisa, Dekan,
Gawilghard, Narhala, Alamghar dan Asighar.
Di
antara kebijakkan politiknya yang paling berani pada awal-awal pemerintahannya
adalah menyingkirkan Bairan Syah, penasihat politik syiah yang dipercaya
Humayun. Pemerintahan daerah dipegang oleh seorang shipar salar jendral atau kepala komandan dan subdistrik oleh
Faujdar (komandan) termasuk jabatan-jabatan sipil yang selalu diberi jenjang
kepangkatan bercorak militer.
Dasar-dasar
kebijakan sosialnya dengan politik sulakhul (teori universal). Dengan cara ini,
semua rakyat dipandang sama, merekaa tidak dibedakan sama sekali oleh ketentuan
agama atau lapisan sosial. Di antara reformasi itu adalah:
a. Menghapuskan
Jizyah bagi non-muslim
b. Memberikan
pelayanan pendidikan yang sama bagi masyarakat
c. Membentuk
undang-undang perkawinan baru
d. Menghapus
pajak-pajak pertanian terutama bagi petani-petani miskin
e. Menghapuskan
tradisi perbudakan yang dihasilkan dari tawanan perang dan mengatur khitanan
anak-anak.
Aspek
penting lainnya dari pembaruannya adalah menciptakan Din Ilahy yang ciri-ciri pentingnya adalah:
a. Percaya
pada keesaan Tuhan
b. Akbar
sebagai khalifah Tuhan dan seorang Padash
(Al-Insan Al-Kamil)
c. Semua
pemimpin agama harus tunduk dan sujud pada Akbar
d. Sebagai
manusia padash, ia berpantangan memakan daging (vegetarian)
e. Menghormati
api dan matahari sebagai simbol kehidupann
f. Hari
ahad sebagai hari resmi ibadah
g. “Assalamu’alaikum”
diganti “Allahu Akbar” dan “Alaikum Salam” diganti “Jalla Jalalah”
Inilah periode yang betul-betul
“sinkretik” membumi di India. Suatu usaha pemerintahan Islam untuk bisa
diterima di kalangan rakyat India. Ia meninggal pada tahun 1605 M setalah
menderita sakit yang cukup parah (karena kawan-kawannya dibunuh oleh anaknya
Jahanjir mungkin disebabkan adanya rasa cemburu yang terlalu banyak sehingga
memengaruhi ayahnya). Kemudian kemajuan-kemajuan tersebut dilanjutkan dan
dipertahankan oleh anaknya Jahangir.
4.
Pemerintahan
Jahangir
Penguasa
keempat adalah Jahangir (1605-1628 M), putra Akbar. Pada masa kepemimpinannya, Jahangir
berhasil menundukkan Bengala (1612 M), Mewar (1614 M) Kangra. Usaha-usaha
pengamanan wilayah serta penaklukan yang ia lakukan mempertegas kenegarawanan
yang diwarisi dari ayahnya yaitu Akbar. Jahangir adalah
penganut Ahlusunah wal jamaah, sehingga apa yang ayahnya ciptakan menjadi hilang
pengaruhnya. Dari itu muncul berbagai pemberontakan, terutama oleh putranya
sendiri, Kurram. Kurram berhasil menangkap ayahnya, tapi berkat permaisuri
kerajaan, permusuhan antara ayah dan anak ini bisa dipadamkan.
5. Pemerintahan Kurram (Syah Jahan)
Setelah
Jahangir meninggal, Kurram naik tahta setelah mengalahkan saudaranya, Asaf
Khan. Kurram bergelar Syah Jahan (1627-1658 M). Bibit-bibit disintegrasi mulai tumbuh pada pemerintahannya.
Hal ini sekaligus menjadi ujian terhadap politik toleransi Mughol. Dalam masa
pemerintahannya terjadi dua kali pemberontakan. Tahun pertama masa
pemerintahannya, Raja Jujhar Singh Bundela berupaya memberontak dan mengacau
keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja Jujhar Singh Bundela kemudian diusir.
Pemberontakan yang paling hebat datang dari Afghan Pir Lodi atau Khan Jahan,
seorang gubernur dari provinsi bagian Selatan. Pemberontakan ini cukup
menyulitkan. Namun pada tahun 1631 M pemberontakan ini pun dipatahkan dan Khan
Jahan dihukum mati.
Pada masa ini para pemukim Portugis di
Hughli Bengala mulai berulah. Di samping mengganggu keamanan dan toleransi
hidup beragama, mereka menculik anak-anak untuk dibaptis masuk agama Kristen.
Tahun 1632 M Shah Jahan berhasil mengusir para pemukim Portugis dan mencabut
hak-hak istimewa mereka. Shah Jehan meninggal dunia pada 1657 M, setelah
menderita sakit keras. Setelah kematiannya terjadi perang saudara. Perang
saudara tersebut pada akhirnya menghantar Aurangzeb sebagai pemegang Dinasti
Mughal berikutnya.
6. Pemerintahan Aurangzeb
Aurangzeb (1658-1707 M) menghadapi tugas
yang berat. Kedaulatan Mughal sebagai entitas Muslim India nyaris hancur akibat
perang saudara. Maka pada masa pemerintahannya dikenal sebagai masa
pengembalian kedaulatan umat Islam. Periode ini merupakan masa konsolidasi II
Kerajaan Mughal sebagai sebuah kerajaan dan sebagai negeri Islam. Aurangzeb
berusaha mengembalikan supremasi agama Islam yang mulai kabur akibat kebijakan
politik keagamaan Akbar.
7. Pemerintahan Pasca Aurangzeb
Raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan
penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi kemerosotan politik dalam
negeri. Raja-raja sesudah Aurangzeb mengawali kemunduran dan kehancuran
Kerajaan Mughal.
Bahadur Syah menggantikan kedudukan
Aurangzeb. Lima tahun kemudian terjadi perebutan antara putra-putra Bahadur
Syah. Jehandar memenangkan persaingan tersebut dan sekaligus dinobatkan sebagai
raja Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun Jehandar adalah yang paling
lemah di antara putra Bahadur. Penobatan ini ditentang oleh Muhammad
Fahrukhsiyar, keponakannya sendiri. Dalam pertempuran yang terjadi pada tahun
1713 M, Fahrukhsiyar keluar sebagai pemenang. Ia menduduki tahta kerajaan
sampai pada tahun 1719 M.
Sang raja meninggal terbunuh oleh
komplotan Sayyid Husein Ali dan Sayyid Hasan Ali. Keduanya kemudian mengangkat
Muhammad Syah (1719-1748 M). Ia kemudian dipecat dan diusir oleh suku Asyfar di
bawah pimpinan Nadzir Syah. Tampilnya sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan
terjadinya perebutan kekuasaan ini selain memperlemah kerajaan juga membuat
pemerintahan pusat tidak terurus secara baik. Akibatnya pemerintahan daerah
berupaya untuk melepaskan loyalitas dan integritasnya terhadap pemerintahan
pusat.
Pada masa pemerintahan Syah Alam
(1760-1806 M) Kerajaan Mughal diserang oleh pasukan Afghanistan yang dipimpin
oleh Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari serangan ini, berakibat jatuhnya
Mughal ke dalam kekuasaan Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan
jabatan sebagai sultan. Ketika kerajaan
Mughal dalam keadaan lemah, Inggris semakin kuat posisinya, tidak saja dalam
perdagangan, tapi juga dalam bentuk politik dengan dibentuknya EIC (The East
India Compani). Militer Inggris berhasil menekan Syekh Alam sehingga melepaskan
wilayah Kuth, Bengal kepada Inggris.
Akbar II (1806-1837 M) pengganti
Syah Alam, memberikan konsesi kepada EIC untuk mengembangkan perdagangan di
India sebagaimana yang diinginkan oleh pihak Inggris, dengan syarat bahwa pihak
perusahaan Inggris harus menjamin penghidupan raja dan keluarga istana.
Kehadiran EIC menjadi awal masuknya pengaruh Inggris di India.
Bahadur Syah (1837-1858 M) pengganti
Akbar II menentang isi perjanjian yang telah disepakati oleh ayahnya. Hal ini
menimbulkan konflik antara Bahadur Syah dengan pihak Inggris. Bahadur Syah,
raja terakhir Kerajaan Mughal diusir dari istana pada tahun (1885 M). Dengan
demikian berakhirlah kekuasaan kerajaan Islam Mughal di India.
B.
PEMBANGUNAN
DAN PERLUASAN WILAYAH
Kerajaan Mughal tidak mencapai
kejayaannya secara mudah. Bagaimanapun, umat Islam di masa ini termasuk
golongan minoritas di tengah mayoritas Hindu. Namun Kerajaan Mughal tetap
berhasil memperoleh kecemerlangan disebabkan faktor-faktor sebagai berikut;
a. Kerajaan Mughal memiliki
pemerintahan dan raja yang kuat. Politik toleransi dinilai dapat menetralisir
perbedaan agama dan suku bangsa, baik antara Islam-Hindu, ataupun India-non
India (Persia-Turki).
b. Hingga Pemerintahan Aurangzeb,
rakyat cukup puas dan sejahtera dengan pola kepemimpinan raja dan program
kesejahteraannya.
c. Prajurit Mughal dikenal sebagai
prajurit yang tangguh dan memiliki patriotisme yang tinggi. Hal ini diwarisi
dari Timur Lenk yang merupakan para petualang yang suka perang dari Persia di
Asia Tengah dan cukup dominan dalam ketentaraan.
d. Sultan yang memerintah sangat mencintai
ilmu dan pengetahuan. Para "Bangsawan Mughal mengemban tanggung jawab
membangun masjid, jembatan, dan atas berkembangnya kegiataan ilmiah dan
sastra".
Ciri
khas masa Mughol antara lain:
1.
Berpindahnya
Pusat Ilmu
Kegiatan ilmu pada Masa Abbasiyah berpusat
di kota-kota Baghdad, Bukhara, Naisabur, Ray, Kordova, Sivilia, dan
lain-lainnya. Dalam Masa Mughol berpindah ke kota-kota Kairo, Iskandariyah,
Usyuth, Faiyun, Damaskus, Himas, Halab, Huma dan kota-koa lain di Mesir dan
Syam.
Terkenal pula beberapa kota lain
dengan munculnya para ulama dan pujangga. Maka dalam Masa Mughol ini,
tercantumlah di belakang nama para penyair, para ulama, dan pujangga
lakab-lakab (gelar-gelar) seperti: Damasyyqy, Halaby, Qahiry, dan sebagainya.
Sedangkan Qahirah menjadi tumpuan tujuan
para pujanggadan pencipta bahasa dan sastra Arab serta para ulama yang datang
dari timur ataupun dari barat.
2.
Pendukung
Sastra
Para khalifah, para Mentri, para
Amir, dan para pembesar lainnya, tidak lagi menjadi pencipta dan pendukung sastra,
tidak lagi menjadi penggemar ilmu. Mereka hanya mabuk kekuasaan. Mereka tidak
lagi memberi kedudukan terhormat kepada para penyair dan para pujangga, karena
mereka telah tenggelam dalam kesibukan harta dan membangun tentara.
Kalaupun mereka ada yang mementingkan
ilmu, itu hanyalah ilmu kedokteran untuk memelihara kesehatan dan ilmu hitung
untuk memilih waktu.
Adapun para sultan turunan Turki di
Mesir, dengan sebab kecintaan mereka kepada ilmu dan membantu kegiatan para
ulama dan ahli ilmu, maka telah dikarang berbagai kitab tentang sejarah dan
sastra yang dipersembahkan kepada mereka.
3.
Ilmu-Ilmu
Baru
Dalam masa ini, mulai matang ilmu
umran (sosiologi) dan falsafah tarikh (Philosophy of History) dengan munculnya
Muqaddimah Ibnu Khaldun, sebagai kitab pertama dalam bidang ini. Juga dalam
masa ini, disempurnakan penyusunan ilmu politik, ilmu tata usaha, ilmu
peperangan, dan ilmu kritik sejarah.
Di samping lahirnya ilmu-limu baru,
membanjir berbagai gelar kebesaran di muka nama para pembesar dan ulama, sementara
ibarat karangan menjadi sulit dan uslub bersajak yang hampa semakin banyak.
4.
Membanyaknya
Sekolah dan Mausu’at
Dalam Masa Mughol, sekolah-sekolah
yang teratur tumbuh dengan subur,
terutama di Mesir dan Syam, dan yang menjadi pusatnya, yaitu Kairo dan
Damaskus. Pembangunan sekolah pertama di Syam, yaitu Sultan Nuruddin Zanky,
yang kemudian diikuti oleh para raja dan sultan sesudahnya.
Berdirilah berbagai corak sekolah,
baik oleh karena perbedaan mazhab, ataupun oleh karena kekhususan ilmu. Contohnya
ada sekolah untuk ilmu tafsir dan hadis, ada sekolah fiqh untuk berbagai
mazhab, ada sekolah untuk ilmu kesehatan dan falsafah, ada sekolah untuk ilmu
pasti, ilmu musik, dan lain-lain.
Dari sekolah-sekolah ini, keluarlah
para ulama dan sarjana yang jumlahnya cukup banyak. Demikian pula keadaannya
dengan sekolah-sekolah di Himas, Halab, Kudus, dan yang lainnya. Lahirlah
sekolah-sekolah di Mesir tidak kurang dari di Syam, bahkan Jami’ah Al-Azhar
Kairo menjadi bintangnya segala sekolah, tidak saja karena usianya yang lebih
tua, tetapi yang terutama karena mutu ilmu yang tinggi.
Kecuali banyaknya sekolah-sekolah,
juga zaman Mughol ini istimewa dengan lahirnya “Mausu’at” dan “Majmu’at” (buku
kumpulan berbagai ilmu dan masalah, kira-kira seperti ensiklopedia), sehingga
masa ini disebut “Zaman Mausu’at”.
C.
MASA
AKHIR MUGHOL INDIA
Ada beberapa faktor internal kerajaan
yang menyebabkan kekuasaan Dinasti Mughal ini mundur pada satu setengah abad
terakhir, dan membawa kehancuran pada tahun 1858 M adalah:
1. Terjadi stagnasi dalam pembinaan
kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai
tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal. Begitu juga kekuatan
pasukan darat. Bahkan mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persejataan
buatan Mughal itu sendiri.
2. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau
kasar dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga
konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
3. Dekadensi moral dan gaya hidup mewah di
kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang
negara.
4. Semua pewaris kerajaan pada masa
terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan, sehingga tidak
mampu menangani kemerosotan politik dalam negeri.
Faktor eksternal ditandai dengan
banyaknya gerakan pemberontakan sebagai akibat dari lemahnya para pemimpin
kerajaan Mughal setelah kepemimpinan Aurangzeb, sehingga banyak wilayah-wilayah
kerajaan Mughal yang terlepas dari kekuasaan Mughal. Adapun pemberontakan-pemberontakan
tersebut antara lain:
1.
Kaum Hindu yang dipimpin oleh Banda
berhasil merebut Sadhura, letaknya di sebelah utara Delhi dan juga kota
Sirhind.
2. Golongan Marata yang dipimpin oleh Baji
Rao dan berhasil merebut wilayah Gujarat.
3. Pada masa pemerintahan Syah Alam terjadi
beberapa serangan dari pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan
Durrani. Syah Alam mengalami kekalahan dan Mughal jatuh pada kekuasaan
Afghanistan.
BAB
III
PENUTUP
Kerajaan Mughal tidak mungkin lepas
dari sejarah Islam sekaligus sejarah India, karena kerajaan ini merupakan
warisan dua peradaban besar tersebut. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan
bahwa:
a. Islam telah mewariskan dan memberi
pengayaan terhadap khazanah kebudayaan India.
b. Dengan hadirnya Kerajaan Mughal,
maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya yang nyaris tenggelam, kembali
muncul.
c. Kemajuan yang dicapai Kerajaan
Mughal telah memberi inspirasi bagi perkembangan peradaban dunia baik politik,
ekonomi, budaya dan sebagainya. Misalnya, politik toleransi (sulakhul), sistem
pengelolaan pajak, seni arsitektur dan sebagainya.
d. Kerajaan Mughal telah berhasil
membentuk sebuah kosmopolitan Islam-India dan membentuk sebuah kultur Muslim
secara eksklusif.
e. Kemunduran suatu peradaban tidak
lepas dari lemahnya kontrol dari elit penguasa, dukungan rakyat dan kuatnya
sistem keamanan. Karena itu masuknya kekuatan asing dengan bentuk apapun perlu
diwaspadai.
DAFTAR
PUSTAKA
Tohir, Ajid.
2004. Perkembangan Peradaban Di Kawasan
Dunia Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Hasjmy, A. 1975.
Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta:
Bulan Bintang
yupz.sbnr'y ni tgs kuliah :p
BalasHapus